Ketika lahan perladangan baru dibuka untuk dibudidayakan pertama kali, gulma hampir tidak menjadi permasalahan. Kalaupun ada, maka gulma yang ada merupakan spesies tumbuhan setempat. Setelah dibudidayakan 2-3 kali maka petani mulai harus mencurahkan semakin banyak waktu untuk mengatasi gulma. Semakin lama lahan digunakan, semakin menyulitkan pula permasalahan yang ditimbulkan oleh gulma. Sebaliknya, pada lahan yang dibuka untuk perkebunan, gulma menjadi permasalahan terutama pada tahun-tahun awal. Semakin lama, seiring dengan semakin lebarnya tajuk tanaman, semakin berkurang permasalahan gulma yang dihadapi. Sampai kemudian, gulma yang tetap harus diwaspadai adalah gulma-gulma yang tumbuh memanjat dan merambati tajuk tanaman. Mengapakah hal ini terjadi? Apa yang membedakan sehingga petani ladang dan petani perkebunan menghadapi permasalahan gulma yang berbeda?
Ketika lahan dibuka maka peluang bank biji untuk menerima ‘transfer’ biji dari luar meningkat. Pembukaan menyebabkan lahan menjadi terbuka dari naungan dan kemudian vegetasi yang semula beranekaragam menjadi didominasi oleh satu dua jenis tanaman. Seiring dengan meningkatnya lalu lintas orang, alat dan mesin pertanian, dan sarana produksi maka peluang terjadinya ‘transfer’ biji dari luar ke dalam bank biji menjadi terus semakin meningkat. "Transfer"biji dari luar dimungkinkan karena ada berbagai jenis gulma di sekitar lokasi pembukaan ladang yang berperan sebagai sumber yang melepaskan biji dan kemudian biji yang telah dilepaskan tersebut memencar dengan berbagai cara. Pelepasan (release) merupakan proses bagaimana biji yang sudah tua keluar dari organ generatif yang memproduksinya. Pada pihak lain, pemencaran merupakan proses perpindahan menjauh dari individu dan populasi induk sehingga individu-individu dalam populasi menyebar (to distribute) mengisi ruang yang masih kosong atau menjauh untuk membentuk populasi baru.
Pemencaran didahului oleh pelepasan biji yang berlangsung bergantung pada tipe buah sebagaimana telah dibahas pada Kegiatan Belajar 2 dari Modul 2 (silahkan unduh dan pelajari). Namun pelepasan dan pemencaran gulma tidak hanya terjadi dalam bentuk biji, tetapi juga organ vegetatif. Organ yang berperan dalam proses pelepasan dan pemencaran secara umum dikenal sebagai diaspora (diaspore). Apapun kategori organ yang terlibat, pelepasan dan pemencaran merupakan dua proses yang saling berkaitan dan dipicu oleh faktor yang sama sehingga sering dibahas bersama. Faktor yang memicu pelepasan dan pemencaran biji terdiri atas faktor-faktor abiotik, biotik, dan agronomik. Berdasarkan atas faktor-faktor biotik dan abiotik, pelepasan dan pemecaran biji dibedakan menjadi anemokori (anemochory, oleh angin), hidrokori (hydrochory, oleh air), zookori (zoochory, oleh binatang). Pelepasan dan pemencaran oleh binatang selanjutnya dibedakan menjadi epizookori (epizoochory, menempel di permukaan tubuh) dan endozookori (endozoochrory, masuk ke dalam tubuh). Pemencaran karena faktor agronomik terjadi dengan cara menempel pada pakaian pekerja, terbawa peralatan, sebagai kontaminan benih, dan mengkontaminasi hasil panen.
Apapun cara pelepasan dan pemencaran diasporanya, gulma kemudian memencar dalam waktu dan dalam ruang. Pemencaran dalam waktu terjadi karena adanya jenis-jenis gulma yang memproduksi organ pencar secara serentak dan jenis-jenis gulma yang memproduksi organ pencar secara terus menerus atau bertahap dalam jangka waktu lama. Jenis-jenis gulma yang melepaskan biji secara cepat dan serempak akan meningkatkan peluang biji untuk memencar jauh bersama dengan hasil tanaman dan membuat pasokan biji menjadi melimpah sehingga predator biji tidak mampu lagi untuk menghabiskannya (oversaturate predator demands). Sementara itu, jenis-jenis gulma yang melepaskan biji secara bertahap dalam waktu lama akan meningkatkan peluang biji untuk sampai di tempat yang jauh pada saat yang menguntungkan untuk perkecambahan dan untuk terhindar dari predasi oleh predator biji.
Pemencaran sesungguhnya merupakan fase awal dari proses yang lebih besar, yaitu introduksi (introdction), untuk kemudian berlanjut dengan kedatangan (arrival) dan bertahan (survival) di tempat baru. Tempat asal organ pencar (diaspora generatif maupun vegetatif) dapat berupa sumber pertama (primary sources) maupun sumber satelit (satelite sources) karena dalam proses pemencaran organ pencar tumbuh dan berkembang di tempat yang tidak terlalu jauh dari sumber pertama. Introduksi sendiri merupakan bagian awal dari proses yang lebih besar lagi, yaitu proses invasi (invasion), yang akan diikuti dengan kolonisasi (colonization) dan naturalisasi (naturalization). Dalam proses introduksi, tidak semua spesies yang tiba akan dengan sendirinya berhasil melakukan kolonisasi dan naturalisasi. Berdasarkan hasil banyak penelitian, dari seluruh spesies yang masuk, biasanya hanya sekitar 10% saja (10% rule dari Williamson) yang berhasil melakukan kolonisasi dan naturalisasi. Lebih-lebih bagi tumbuhan yang memerlukan waktu yang lama untuk menghasilkan biji guna memungkinkan populasinya tumbuh sebelum dapat melakukan kolonisasi. Waktu yang lama tersebut menimbulkan kesenjangan (time lag) yang dapat bersifat inheren biji yang bersangkutan, diperpanjang oleh faktor lingkungan, maupun dikendalikan secara genetik.
Kita perlu mempelajari pemencaran gulma karena beberapa alasan. Pertama, gulma yang paling merusak pada umumnya merupakan jenis tumbuhan yang berasal dari luar. Dengan mengetahui cara pemencaran gulma maka kita bisa mencegah masuknya jenis-jenis gulma yang paling merusak. Hal ini akan kita pelajari lebih lanjut ketika nanti membahas cara pengendalian gulma. Kedua, pemencaran gulma secara lokal pada umumnya terjadi bersamaam dengan kegiatan bercocok tanam yang kita lakukan, misalnya pada saat mengolah tanah, menanam benih, memeriksa tanaman, memanen hasil, dan sebagainya. Dengan mengetahui cara gulma memencar selama kita melaksanakan kegiatan bercocok tanam maka kita dapat mencegah pemencaran gulma di lahan kita sendiri.
Ketika lahan dibuka maka peluang bank biji untuk menerima ‘transfer’ biji dari luar meningkat. Pembukaan menyebabkan lahan menjadi terbuka dari naungan dan kemudian vegetasi yang semula beranekaragam menjadi didominasi oleh satu dua jenis tanaman. Seiring dengan meningkatnya lalu lintas orang, alat dan mesin pertanian, dan sarana produksi maka peluang terjadinya ‘transfer’ biji dari luar ke dalam bank biji menjadi terus semakin meningkat. "Transfer"biji dari luar dimungkinkan karena ada berbagai jenis gulma di sekitar lokasi pembukaan ladang yang berperan sebagai sumber yang melepaskan biji dan kemudian biji yang telah dilepaskan tersebut memencar dengan berbagai cara. Pelepasan (release) merupakan proses bagaimana biji yang sudah tua keluar dari organ generatif yang memproduksinya. Pada pihak lain, pemencaran merupakan proses perpindahan menjauh dari individu dan populasi induk sehingga individu-individu dalam populasi menyebar (to distribute) mengisi ruang yang masih kosong atau menjauh untuk membentuk populasi baru.
Pemencaran didahului oleh pelepasan biji yang berlangsung bergantung pada tipe buah sebagaimana telah dibahas pada Kegiatan Belajar 2 dari Modul 2 (silahkan unduh dan pelajari). Namun pelepasan dan pemencaran gulma tidak hanya terjadi dalam bentuk biji, tetapi juga organ vegetatif. Organ yang berperan dalam proses pelepasan dan pemencaran secara umum dikenal sebagai diaspora (diaspore). Apapun kategori organ yang terlibat, pelepasan dan pemencaran merupakan dua proses yang saling berkaitan dan dipicu oleh faktor yang sama sehingga sering dibahas bersama. Faktor yang memicu pelepasan dan pemencaran biji terdiri atas faktor-faktor abiotik, biotik, dan agronomik. Berdasarkan atas faktor-faktor biotik dan abiotik, pelepasan dan pemecaran biji dibedakan menjadi anemokori (anemochory, oleh angin), hidrokori (hydrochory, oleh air), zookori (zoochory, oleh binatang). Pelepasan dan pemencaran oleh binatang selanjutnya dibedakan menjadi epizookori (epizoochory, menempel di permukaan tubuh) dan endozookori (endozoochrory, masuk ke dalam tubuh). Pemencaran karena faktor agronomik terjadi dengan cara menempel pada pakaian pekerja, terbawa peralatan, sebagai kontaminan benih, dan mengkontaminasi hasil panen.
Tubuh anjing ditempeli buah jenis gulma |
Apapun cara pelepasan dan pemencaran diasporanya, gulma kemudian memencar dalam waktu dan dalam ruang. Pemencaran dalam waktu terjadi karena adanya jenis-jenis gulma yang memproduksi organ pencar secara serentak dan jenis-jenis gulma yang memproduksi organ pencar secara terus menerus atau bertahap dalam jangka waktu lama. Jenis-jenis gulma yang melepaskan biji secara cepat dan serempak akan meningkatkan peluang biji untuk memencar jauh bersama dengan hasil tanaman dan membuat pasokan biji menjadi melimpah sehingga predator biji tidak mampu lagi untuk menghabiskannya (oversaturate predator demands). Sementara itu, jenis-jenis gulma yang melepaskan biji secara bertahap dalam waktu lama akan meningkatkan peluang biji untuk sampai di tempat yang jauh pada saat yang menguntungkan untuk perkecambahan dan untuk terhindar dari predasi oleh predator biji.
Pemencaran sesungguhnya merupakan fase awal dari proses yang lebih besar, yaitu introduksi (introdction), untuk kemudian berlanjut dengan kedatangan (arrival) dan bertahan (survival) di tempat baru. Tempat asal organ pencar (diaspora generatif maupun vegetatif) dapat berupa sumber pertama (primary sources) maupun sumber satelit (satelite sources) karena dalam proses pemencaran organ pencar tumbuh dan berkembang di tempat yang tidak terlalu jauh dari sumber pertama. Introduksi sendiri merupakan bagian awal dari proses yang lebih besar lagi, yaitu proses invasi (invasion), yang akan diikuti dengan kolonisasi (colonization) dan naturalisasi (naturalization). Dalam proses introduksi, tidak semua spesies yang tiba akan dengan sendirinya berhasil melakukan kolonisasi dan naturalisasi. Berdasarkan hasil banyak penelitian, dari seluruh spesies yang masuk, biasanya hanya sekitar 10% saja (10% rule dari Williamson) yang berhasil melakukan kolonisasi dan naturalisasi. Lebih-lebih bagi tumbuhan yang memerlukan waktu yang lama untuk menghasilkan biji guna memungkinkan populasinya tumbuh sebelum dapat melakukan kolonisasi. Waktu yang lama tersebut menimbulkan kesenjangan (time lag) yang dapat bersifat inheren biji yang bersangkutan, diperpanjang oleh faktor lingkungan, maupun dikendalikan secara genetik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar