Menginvasi berarti masuk dalam jumlah besar dan kemudian menggunakan cara kekerasan untuk mengalahkan dan menguasai dan akhirnya menjadikan tempat yang baru sebagai tempatnya sendiri. Setelah melalui proses introduksi, invasi berlanjut dengan proses kolonisasi untuk mengalahkan dan menguasai dan naturalisasi untuk menjadikan tempat yang baru sebagai tempatnya sendiri. Kolonisasi dan naturalisasi dilakukan melalui proses kelahiran, kematian, dan migrasi (kedatangan dan keberangkatan).
Proses infasi yang terdiri atas fase-fase introduksi, kolonisasi, dan naturalisasi melibatkan proses dan skala sebagai berikut:
- Introduksi, melibatkan proses ekologis pemencara, kedatangan, sintasan dalam skala ekologis perekrutan spesies dan skala geografik individu.
- Kolonisasi, melibatkan proses ekologis kelahiran (perkecambahan), kematian (biji, kecambah, gulma dewasa), migrasi (kedatangan dan keberangkatan) dalam skala ekologis ekspansi kelompok (patch expansion) dan skala geografik populasi.
- Naturalisasi, melibatkan proses ekologis kelahiran (perkecambahan), kematian (biji, kecambah, gulma dewasa), migrasi (kedatangan dan keberangkatan) dalam skala ekologis ekspansi hamparan (range expansion) dan skala geografik meta-populasi.
Untuk berhasil menginvasi, gulma memererlukan fasilitasi oleh goncangan (disturbance) dan porositas (porosity). Guncangan merupakan kejadian diskret dalam waktu yang menyebabkan struktur populasi, komunitas, atau ekosistem mengalami perubahan ketersediaan substrat atau sumberdaya atau perubahan faktor lingkungan. Goncangan dapat disebabkan oleh bencana berskala luas seperti kebakaran dan banjir atau oleh gangguan berskala lokal seperti pembalikan tanah atau penggundulan hutan. Sementara itu, porositas menyatakan jumlah tempat kosong (vacant sites) dan proporsi tempat kosong yang belum ditempati oleh spesies lain. Porositas, dengan demikian, berpeluang menjadi semakin besar dengan terjadinya guncangan. Akan tetapi, meskipun terjadi guncangan, porositas tidak dengan sendirinya menjadi besar bila terdapat spesies lokal yang siap mengisi tempat kosong yang ditimbulkan oleh guncangan.
Dalam memfasilitasi invasi, goncangan dan porositas mempunyai dimensi ruang, waktu, dan kerentanan komunitas dan ekosistem. Dimensi ruang berarti seberapa luas wilayah yang mengalami goncangan dan apakah goncangan terjadi merata atau terfragmentasi, sedangkan dimensi waktu artinya seberapa lama terjadi, seberapa sering frekuensi terjadinya, dan apakah terjadinya teratur atau tidak. Goncangan dapat membinasakan tumbuhan pesaing dan musuh alami, mengganggu ketersiaan sumberdaya, menimbulkan cekaman, dan sebagainya. Dengan demikian, goncangan menyebabkan komunitas dan ekosistem menjadi rentan (vurnerable) terhadap invasi. Namun demikian, tanpa mengalami goncangan komunitas dan ekosistem alami tertentu juga dapat rentan dengan sendirinya terhadap invasi. Kerawanan komunitas dan ekosistem alami terhadap invasi dapat terjadi karena tidak mempunyai musuh alami bagi spesies yang menginvasi, keanekaragaman hayati yang rendah, atau mempunyai banyak tempat kosong alami.
Kenberhasilan suatu jenis gulma untuk menginvasi bergantung pada beberapa faktor, tiga di antaranya adalah:
- Mampu menghasilkan diaspora dalam jumlah besar yang dapat memencar dalam jarak jauh
- Tersedia lokasi yang mempunyai tempat kosong atau mengalami guncangan secara alami (bencana alam) maupun secara buatan (kegiatan manusia)
- Biji spesies asing yang datang harus mampu segera tumbuh dan berkembang menghasilkan populasi yang akan menjadi sumber satelite dalam proses kolonisasi dan naturalisasi.
- Tidak ada spesies lokal yang dapat menyediakan biji dalam jumlah yang cukup untuk mengisi tempat kosong yang tersedia.
- Mampu mengembangkan mekanisme adaptasi reproduksi, kemampuan bersaing, dan kemampuan menghindar dari musuh alami
Untuk mengetahui secara lebih rinci, silahkan unduh dan pelajari bahan ajar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar